Lanjut ngopi tah?
“ning, nanti malem kosong nggak?”, ajakku ke salah
satu temen.
Namanya bukan ning, nama aslinya nia, tapi kebanyakan diantara kita manggil dia “ning” (sebutan untuk putri dari seorang kyai), berat badannya yang selalu naik, mengakibatkan dia mempunyai rutinitas yang tak pernah ketinggalan setiap jam kosongnya, yaitu, ngegim.
sampai sampai dia punya cita-cita mendirikan tempat fitnes sendiri. oke, aku aminin ajalah.
Namanya bukan ning, nama aslinya nia, tapi kebanyakan diantara kita manggil dia “ning” (sebutan untuk putri dari seorang kyai), berat badannya yang selalu naik, mengakibatkan dia mempunyai rutinitas yang tak pernah ketinggalan setiap jam kosongnya, yaitu, ngegim.
sampai sampai dia punya cita-cita mendirikan tempat fitnes sendiri. oke, aku aminin ajalah.
“nggak, lapo o mik?”, tanya dia balik.
“biasa, ngopi.”. pintaku sambil meringis
“assiap,, lapo awakmu? Mesti ada mauya ini”, cletuk nia sambil
ketawa.
“wahahaha,,, tau aja ning, wis pokok budal mari magrib di Kontjoku
(pokonya berangkat abis magrib di Kontjoku)”, jawabku sambil pergi
meninggalkan nia, karena ada jam masuk kelas.
Sebelumnya aku belum pernah crita tentang “Kontjoku”, oke
saya akan bercerita, “Kontjoku” adalah nama sebuah warkop sebelah kosku,
meskipun warkopnya agak lumayan kecil, tapi nyaman, mas mas baristanya pun enak
dipandang, yahh barista,,, wahaha, sebut saja mas mas pengaduk kopi aja.wahahaha,,
Dan, ketika sekali atau dua kali aku ajak temen ke warkop
“Kontjoku” , mereka mengira itu warkop punya temenku. Padahal hanya nama
warkopnya aja yang “Kontjoku”.
Sebelumnya,
“mik, kita ke warkop Kontcomu yuk”, ajak temenku setelah
sebelumnya, pernah aku ajak ke “Konjtoku”.
“hah?? Napa kata “ku’ jadi “mu” bos, main ganti aja, ngawur wak”,
jawabku dengan nada nahan tawa.
“lhah kan temenmu wak”, balas dia dengan wajah percaya diri
dengan kesalahpahamannya.
“Kontjoku itu nama warkopnya wak, uduk punya temen enyong,
ngawur koen iku wahahaha,,,,”
“ohhhh,,,, ya maap kagak tau enyong”, balas dia dengan super
sekali.
Malam harinya, aku udah stay cool di “Kontjoku” sambil
nungguin nia, teh tarik dan secercik novel siap melunturkan kebosaan menunggu.
“woyy,, nunggu lama tah? Pesenin untukku seperti biasa”,
suara nia mengagetkanku yang serius baca.
“okay”
“mas, kopi hitam satu ya, tanpa gula”, pinta aku ke mas pengaduk kopi, tak lupa sambil pasang wajah tersenyum,, heuheuheu,
eh tapi anehnya meskipun aku udah sering di warkop itu, dan terlihat akrap denganya masnya, tapi aku nggak tau itu mas mas namanya siapa.
sialan. aku nggak berani tanya namanya, gobloknya diriku, apakah ini yang dinamakan penggemar rahasia, njir,, hohoho.
eh tapi anehnya meskipun aku udah sering di warkop itu, dan terlihat akrap denganya masnya, tapi aku nggak tau itu mas mas namanya siapa.
sialan. aku nggak berani tanya namanya, gobloknya diriku, apakah ini yang dinamakan penggemar rahasia, njir,, hohoho.
“okay mbk, seperti biasa kan” , sahut mas pengaduk kopi dengan berbalas senyum
“yoi mas”, asem bikin salting, udah bening gitu, tangannya
yang berselimut tato tak membuat masnya terlihat serem justru jadi good lookig. Waaaahahha.
“yoopo rekk??? Gimana dngan proposal skripsimu?, tanya nia
yang mengagetkan lamunanku tenntang barista cool.
“nah ituu ning, sing pengen tak omongke ngerti ae deh, yok
opo rekk.. rekk, urip kok sambat ae”. Ucap sambatanku.
Tapi bosan juga sih, tipe-tipe aku bahas proposal skripsi
mulu, yang ada kalo aku mikir berat, ngalamat mencretku kumat.
Akhirnya kami
memutuskan mengaakhiri pembahasan proposal skripsi.
Dannnn...... kita berfikir malam itu adalah waktu yang tepat
untuk mengaduk kopi, mencurahkan hati, mengadukan tentang kesepian hati menjadi
serasa dilengkapi. Hiya hiya hiya.
Di usia 21 tahun dan semster akhir kita hanya butuh ngopi. “ning, aku suka cowok, tapi aku merasa aku tak pantas memilkinya, dan aku takut jatuh cinta yang menjurumuskan patah hati, heuheuheu.” Ulas critaku yang aku ungkapkan ke nia, meskipun sejujurnya aku sedikit malu mengatakan hal ini, tapi biarlah, aku bukan anak kecil lagi. hohoho
Di usia 21 tahun dan semster akhir kita hanya butuh ngopi. “ning, aku suka cowok, tapi aku merasa aku tak pantas memilkinya, dan aku takut jatuh cinta yang menjurumuskan patah hati, heuheuheu.” Ulas critaku yang aku ungkapkan ke nia, meskipun sejujurnya aku sedikit malu mengatakan hal ini, tapi biarlah, aku bukan anak kecil lagi. hohoho
Nia pun membalas
dengan senyuman sambil menyruput kopi pait yang hambar kayak hidupku. “ojok
diguyu yo, aku ngomong gini, wahh asem malah diketawain”, ungkapku sedikit
jengkel melihat wajah nia yang serasa menahan tawa. Nia masih belum ada jawaban
tentang critaku. “woy..lama banget nyruputnya, gua nungguin bos!”, clatuku ke nia. “ya sabar bos, aku nggak
guyu, menikmati kopine cuy”.
Dan setelah menunggu
sruputan kopi paitnya, nia berkata, “jangan terlalu mencintai yang amat dalam,
jika tak ingin sakit hati terlalu dalam, dan resep ya mik, kalo kamu merasa
suka sama orang, boleh kamu membacakan fatihah, biar senantiasa orang kau
cintai selalu memikirkanmu”.
“(sambil mengangguk ngangguk) anjayyy,,,, bumbu resep apak an ini wahahaha” balasku dg candaan
dan tak mampu menahan tawa. Dan sialan, aku dibikin mlongo dengan kalimat yang
keluar dari dari mulutnya, bener bener nusuk pikiran gua.
Sendok yang masih nempel di dinding gelas kopi hitam, malam
itu kami masih #lanjutngopi.
Cie... Lagi jatuh cinta nih, gpp lah untuk yang kesekian kalinya,😂😂 semoga besok2 jatuh dari tangga😂😂
BalasHapusAnjirr.... kesekian kali, baru ini eahahaaa
HapusWkwkwkwk....
BalasHapusPantes e siro buka yayasan perdukunan neng